Jika Tak Memiliki Bakat Menulis, Untuk Apa Mengangkat Pena? (2)
Irsan, salah satu bestie kuliahku, pernah menyatakan kalau aku punya pandangan nihilisme. Penyebabnya adalah kala itu aku sedang di titik rendah dan kubilang, “Setiap manusia itu hidup karena menyumbangkan sesuatu pada takdir kan? Kalau kita tidak bisa menjadi orang yang penting atau memiliki arti dalam hidup, eksistensi yang dibutuhkan banyak orang, apa gunanya kita hidup? Kalau posisi kita sebegitu mudahnya digantikan orang lain, enggak akan menjadi masalah kalau kita menghilang dong? Toh, kita hidup di dunia juga demi diri kita sendiri, mengumpulkan bekal untuk persiapan hidup di akhirat nanti dan bukan demi orang lain. Kalau aku enggak punya manfaat apapun di suatu tempat, bukankah lebih baik segera pergi supaya orang yang lebih baik bisa menggantikanku? Kalau aku tidak berguna, untuk apa aku hidup?” Wow, krisis eksistensial. Sepertinya saat itu aku sedang marah karena merasa tidak berguna. Saat itu – sampai sekarang sebenarnya – aku sangat membutuhkan validasi, karena hanya dari v...