🍧Cheeky Icy Thang 🧊
Assalamu’alaikum, Folks! Sudah setahun lebih kita tidak bersua. Lebih tepatnya aku yang tidak menyempatkan dan meniatkan diri untuk menyentuh blog ini, sih. Sebelumnya aku berpikir, kalau blog ini akan diperbaharui nantinya, maka yang boleh muncul sebagai konten adalah unggahan-unggahan serius. Hitung-hitung portfolio menulis hehe. Akan tetapi aku berpikir lagi, Hey, awalnya aku membuat blog ini, kan sebagai wadah menuangkan pikiran. Kalau fungsi awalnya jadi tidak terpenuhi akibat perfeksionisme yang menahanku untuk menulis, bukankah lebih baik aku melonggarkan sedikit idealismeku?
Oleh karena itu, aku memutuskan untuk
menulis hal-hal yang memang ingin kuceritakan, terutama yang membuatku bahagia,
karena kalau kuamati lagi unggahan-unggahanku yang lalu, kok, rasanya aku
negatif sekali ya? Padahal banyak berkah dan pelajaran hidup yang mengubah mindset
serta menghangatkan hatiku di setiap langkah yang kuambil untuk menyusuri hidup
ini. Ada kejadian-kejadian penting juga yang terlewat untuk dicatat, misalkan
seperti di caturwulan pertama tahun ini aku menerbitkan buku antologi surat bersama
sekitar 65 penulis lainnya. Buku pertamaku! Ada dua suratku yang dimuat di
dalamnya, yakni surat bertemakan Untuk Tuhan (“Surat Cinta dari Si Ngeyel”) dan
Untuk Semesta (“Teruntuk Kosanku di Jatinangor”). Kalau kalian, siapapun yang
tidak sengaja menemukan blog ini, membeli buku Kita & Kata yang Tak
Terucap, jangan lupa untuk mengecek dan meresapi kedua suratku, ya!
Aku bersemangat untuk mulai
mengunggah tulisan terbaruku di bulan Juli sebab bulan ketujuh ini adalah bulan
terfavoritku dari dua belas bulan indah lainnya. Sudah bisa ditebak alasannya,
yakni ini adalah bulan kelahiranku! Dan di bulan yang indah inilah, girl
group Korea terfavoritku, STAYC, akhirnya merilis full album pertama
mereka, Metamorphic. Album pertama mereka berisikan empat belas lagu
yang – di luar ekspektasiku – semuanya memenuhi seleraku. Bahkan aku tidak bias
jika mengatakan bahwa album ini begitu kohesif. Semuanya easy-listening dan
enak, dan aku sepertinya selalu mudah jatuh hati dengan lagu-lagu yang
cenderung mirip dengan lagu barat era tahun 2010-2014. Mahakarya album ini
terdiri dari:
1. “Twenty”
2. “Cheeky Icy Thang”
3. “1 Thing”
4. “Give It 2 Me”
5. “Find” (Sieun & Seeun & J)
6. “Let Me Know”
7. “Nada”
8. “Fakin’” (Sumin & Yoon)
9. “Roses” (ISA)
10. “Beauty Bomb”
11. “Gummy Bear”
12. “Stay WITH Me”
13. “Flexing On My Ex”
14. “Trouble Maker”
Keempat belas lagu tersebut sama-sama
kuat, tidak ada lagu yang bersifat sebagai sekedar filler. Aku sungguh
bahagia dengan rilisan STAYC kali ini. Tidak sesumbar jika bagiku album ini
adalah album yang sempurna. Akan tetapi kebahagiaan tersebut sempat
luluh lantak begitu melihat title track-nya, “Cheeky Icy Thang”, dihujat
habis-habisan oleh netizen. Sejujurnya, lagu tersebut memang cukup aneh saat
pertama didengar. Akupun baru membuka hati pada “Cheeky Icy Thang” kali kedua
mendengar sembari meresapi lagunya baik-baik. Lagunya adiktif banget sampai
rasanya tidak puas untuk didengar hanya sekali-dua kali. Sayangnya banyak
netizen yang sudah memutuskan untuk langsung membenci rilisan STAYC kali ini
dan tidak berminat memberi kesempatan untuk mendengar lagu-lagu lain dalam
albumnya. Itu yang membuatku sedih, betapa cepatnya orang memutuskan untuk memberi
cap sesuatu itu jelek dan “gagal.” Aku sempat menghabiskan waktu dua hari
berusaha menelan rasa kecewa tersebut, lupa pada rasa bahagia dan syukur yang
sempat menghampiri pada 1 Juli – tanggal rilis album Metamorphic.
Barangkali reaksiku terkesan berlebihan, mengingat selera orang berbeda-beda
dan tidak dapat dipaksakan. Namun perlu diingat bahwa aku kerap kali bergumul
dengan perasaan kurang percaya diri dan hal itu berdampak pada bagaimana aku
menganggap opiniku memiliki validitas yang lebih rendah dibandingkan isi kepala
orang lain, sehingga aku baru merasa lega saat melihat orang lain beranggapan
yang sama denganku. Ketika banyak orang tidak menyukai apa yang tidak kusukai,
walaupun konteksnya sekedar selera musik, aku jadi ragu dan malu karena merasa memiliki
selera yang dianggap jelek oleh mayoritas penggemar musik.
Kemudian aku mencoba menenangkan diri
dengan menulis di “Jurnal Syukur & Perasaan” – sebenarnya hanya sebutan
lain untuk diary-ku. Tapi diary yang ini berfokus pada hal-hal
positif dibandingkan emosi negatif. Alhamdulillah, aku mendapat pencerahan. Aku
dianugerahi rezeki yang luar biasa sehari sebelum perilisan album STAYC, yang
tidak akan kudetailkan di sini tapi yang pasti merupakan sesuatu yang
benar-benar membuatku merasa beryukur. Pantaskah perasaan bahagia tersebut yang
harusnya bisa bertahan berhari-hari bahkan berminggu-minggu setelahnya malah
tercoreng oleh opini dan tindakan orang lain yang sebenarnya tidak berdampak
langsung padaku? Saat berpikir demikian, aku jadi merasa bersalah karena nampak
kufur nikmat. Bukankah aku sendiri suka dengan STAYC dan apa yang mereka rilis?
Menikmati mereka sebagai bonus kesenangan duniawi dan diingatkan akan nikmat
Allah Yang Mahabaik sebab mendapat kebahagiaan dari situ adalah yang
terpenting, kan? Tidak. Bukan sekedar terpenting, karena memang hanya itu
yang penting. Hal-hal lain yang sifatnya tidak mengingatkan kita pada Allah
dan kebajikan, atau malah menjauhkan dari rasa syukur, bukanlah sesuatu yang
pantas disematkan sebagai beban hati. Selama jalan kita lurus-lurus saja dan
tidak mengganggu orang lain, tidak perlu berkecil hati ketika orang berbeda
pandangan. Apalagi oleh sesuatu yang sifatnya remeh dan duniawi.
Kesadaran itu langsung membuka hati
dan pikiranku, karena serta-merta aku merasa tidak malu lagi pada apa yang
kusukai. Aku tidak merasa lebih rendah dari orang lain. Yang terus bergaung di
kepalaku hanyalah, satu-satunya yang penting bagiku adalah opiniku terhadap
STAYC. Aku tidak memaksa orang untuk suka pada mereka dan lagu-lagu mereka.
Lantas mengapa aku mencegah diriku sendiri untuk menikmati apa yang kusuka
karena ada orang yang tidak suka di luar sana? Opini orang lain tentang hal-hal
yang kusukai penting bagi mereka, tapi tidak bagiku. Pada detik itu, untuk
pertama kalinya dalam hidupku, aku bisa membatin, “Oh, beginikah rasanya tidak
memusingkan perbedaan pendapat dan apa kata orang lain? Rasanya begitu… bebas.
Tidak terkekang oleh perasaan bersalah dan kesepian karena tidak memiliki backing-an
dukungan. Rasanya… seperti bisa berdiri di atas kaki sendiri.”
I may sound dramatic, but trust me,
if you're a people-pleaser like me, you’ll feel so liberated when you realize
that you don’t always need to conform to popular belief or what other people
say. Simply being unapologetic and unashamed of your music taste can give you
the courage to stand on your own without constant reassurance from others. It
takes courage to believe that the only thing matters is how you feel about your
favourite things, not how others feel about them. At the same time, you'll
become more accepting of different opinions because you know you have your own
too.
By the way, I hope this doesn’t come
across as an argument condoning wrongdoings. I’m writing this to remind myself
not to be afraid of being different from others. And if you know me, you know
that I won’t do anything that goes against my faith. Most of my revelations and
deep thoughts usually stem from the lessons Allah gives me from the simplest
mundane things in life. Like how people either love or hate STAYC and “Cheeky
Icy Thang”.
BTW, please enjoy my girlies' music here!
Komentar
Posting Komentar